Sabtu, 31 Januari 2015

The Last Person Standing Chap. 6 :part 1/2

yow minna~ apa kabare? baik kan? nah, pada nau tau kan, pertempuran Morida dan yang lainnya melawan para teroris? apa yang terjadi pada Osaka nantinya?  Apa Morida bersama Samuel akan bisa melawan para teroris itu? dan apakah Morida mendapatkan kekuatan barunya? yak! semua akan terjawab di The Last Person Standing bagian 6! 

The Last Person Standing chap. 6

Ledakan sudah terdengar berkali kali, semua nya sudah mempersiapkan diri mereka untuk mengatasi para teroris itu.  Sebelumnya kelompok Morida sudah membuat rencana untuk ini, dari bagaimana melawan teroris itu, siapa saja yang akan menyerang dan melindungi, itu semua sudah di rencanakan. 

Sementara Morida, Samuel, Louis dan beberapa orang lainnya menjadi penyerang. Benar benar seperti bermain sepak bola, bukan? Namun mereka yakin seratus persen mereka akan bisa membasmi para teroris itu. 

Teroris teroris itu menunjukkan jati diri mereka, dan kini kelompok Morida dan para teroris itu sudah berdiri berhadapan, beberapa orang dari kelompok Morida berpencar untuk membuat jebakan, dan beberapa orang lainnya akan menyerang secara langsung dari atas gedung.

Seketika keributan dimulai, yang memulai yaitu para teroris tersebut, para teroris itu menyerang Morida dan yang lainnya secara brutal. Sementara Morida dan yang lainnya belum mempunyai kesempatan untuk membalas serangan tersebut. Hingga teroris itu lemah mereka baru bisa menyerangnya.

Sesaat ingin membalas serangan para teroris, kelompok Morida terus menerus mendapatkan serangan yang tiada hentinya. Morida melihat itu, ia merasakan dunia nya kembali kepada dua tahun yang lalu, ia terdiam sejenak. . . . . lalu teringat akan dendamnya, ia meraih pedangnya yang sembari tadi menyandang di belakangnya, ia mengangkat pedangnya ke langit, dengan secepat yang ia bisa ia langsung berlari ke arah para teroris itu untuk memberi serangan balasan.

Samuel kaget saat melihat Morida yang berlari ke arah para teroris itu, "oi! Morida-san!" teriak Samuel kepada Morida tapi yang di teriaki tidak mendengar malah terus berlari.

Louis merespon cepat, merespon kenapa Samuel memanggil Morida seperti itu. "ayo semua! kita menyerang!" teriaknya kepada semua grupnya, lalu melirik ke arah Samuel, "Sam, sebaiknya kau lindungi Morida, aku akan membantu kalian.." ucap Louis kepada Samuel. "Louis? baiklah, dimengerti.." Lalu bersama mereka mulai menyerang para teroris itu.
.
.
.
.
.                                                          

Sementara itu Morida masih menyerang salah satu teroris itu, kadang kadang serangannya kena dan kadang kadang pula meleset. Sudah berkali kali ia mencoba menyerang, namun entah kenapa serangannya tidak mempan sama sekali, seketika itu juga Morida teringat akan jurus yang dimiliki keluarganya, ia berpikiran untuk menggunakan jurus itu, dan disitulah ia mendapatkan ide.

Bermaksud ingin kembali ke Samuel untuk memberitahu ide nya, namun ia terkena serangan. Sebuah tusukkan dari belakang menembus dirinya, terdiam sejenak, tidak berkutik, entah sejak kapan ia sudah berada di belakang orang yang menusuknya dengan mata kanan yang berubah menjadi ungu gelap, "illusion eye.." Ucapnya setengah berbisik. Tanpa berpikir panjang, Morida langsung menebas orang tersebut, dengan satu tebasan teroris itu langsung mati.

Sementara para teroris yang lainnya masih banyak, lalu ia mendeketi Samuel, kemudian memberitahu idenya, tidak hanya Samuel yang ia beritahu, tapi Louis dan beberapa orang lainnya juga ia beritahu. Mereka sepakat atas ide milik Morida, mereka akan mencoba ide tersebut.

Ide Morida adalah; Louis dan beberapa orang lainnya akan menyerang dari udara, Samuel akan menyerang dari belakang, sementara Morida menyerang dari belakang.

Louis yang menyerang pertama dari atas, tiba tiba di serang oleh salah satu teroris. Mengira teroris itu hanya menggunakan bahan ledakkan, ternyata para teroris itu juga memiliki kekuatan sama seperti mereka. Disusul Samuel yang menyerang dari belakang, dan serangan Samuel mengenai beberapa teroris.

Selanjutnya Morida, Morida berlari cepat dan mengangkat pedangnya, bersiap mengayunkan pedangnya. Semakin dekat dengan target ia langsung mengayunkan pedangnya ke depan dan... "Double Slayer Of Death!" teriaknya, mengeluarkan satu pedangnya, lalu pedang itu bersinar bertanda jurusnya berhasil.

Sesaat itu juga, ledakan terjadi dengan hebat nya, tentu saja banyak dari para teroris itu yang kena oleh serangan Morida, dalam sekejap saja sudah mati. Saat ingin menyerang kembali, tiba tiba seorang gadis dengan berpakaian serba hitam, muncul dari langit, entah siapa dia, yang pasti gadis itu memiliki sayap, sayap yang seperti elang yang mengepak di udara, dengan sorotan tajam dari gadis itu ia berucap,

"kalian semua payah.."

-To be continue-

gimana nih ceritanya? semakin mendebarkan ya? pertarungannya seru ya? kira kira siapa gadis yang tiba tiba muncul itu? dan bagaimana nasib morida dan yang lainnya? selamat atau tidak? nah jika ingin tahu, nantikan The last person standing bagian 6 : part 2/2 ! jaa~



Kamis, 29 Januari 2015

THE LAST PERSON STANDING Chap. 5

Hai hai semua~ lama tak jumpa wkwk, kangen kan sama lee? kangen dong, bhak.. yaudah gausah basa basi lagi, saatnya untuk The Last Person Standing bagian 5~! pertempuran dimulai~~~~ selamat membaca!

The Last Person Standing Chap. 5

  
 Hokkaido, 11 Januari 
 19.45 malam.
  
Malam itu Morida tengah berdiri di atas sebuah gedung yang lumayan tinggi, hanya berdiri disana seorang diri dan melihat seisi kota yang tidak pernah tidur itu. Sesekali angin malam menerpa wajah Morida dan menerbangkan helaian rambut hitam milik Morida itu. Sesekali ia terkekeh saat melihat sekumpulan manusia yang berkumpul dan berlalu lalang, "seperti semut...pffft" ucapnya.

"menikmati angin malam?" tiba tiba sebuah suara yang dikenal oleh Morida muncul dibelakangnya, tentu saja itu suara Samuel yang entah sejak kapan berada di belakang Morida.

"sejak kapan kau disini?" tanya Morida dengan nada yang biasa.

"baru saja. Ohya, salah satu temanku memprediksikan bahwa besok kita kedatangan tamu di Osaka.. sebaiknya malam ini kau berlatih.." jelas Samuel.

"tamu?-" jeda sejenak, sattu detik Morida mencerna penjelasan Samuel barusan, "...dimengerti.. jadi kita besok akan berangkan ke Osaka?" tanya Morida.

"ya, ayo.. morida-san" ucap Samuel, tanpa menunggu Morida, Samuel langsung melompat turun dari atas gedung itu. 

"kau lama.." entah sejak kapan Morida sudah berada di bawah, ternyata itu faktor dari 'Quickening Eye' milik Morida, yang membuat gerakannya cepat, sehingga orang mengiranya bahwa Morida menggunakan kemampuan teleport. 

Setelah Samuel sampai dibawah, berdiri di depan Morida tepatnya.  Lalu mereka pergi menuju tempat Samuel dan Morida berlatih. Disanalah mereka akan mengasah kemampuan dan jurus mereka. Ditengah jalan mereka bertemu dengan kawan Samuel, yaitu Louis. Louis bertanya kepada Samuel, apa intel milik Samuel menangkap suatu grup teroris berada di Osaka besok. Samuel menjawabnya dengan benar, ternyata intel milik Louis juga mendapatkan informasi yang sama. Pembicaraan berlangsung selama lima menit, setelah itu mereka bertiga kembali berjalan menuju tempat latihan.

Sampai di tempat yang dimaksud dan mereka langsung berlatih.

~Keesokan harinya~

Hari yang dinanti tiba, Morida sudah mempersiapkan senjatanya, Samuel dan yang lainnya demikian. Mereka pergi ke stasiun Hokkaido bertejuan ke Osaka. Penampilan mereka seperti anak anak SMA pada umumnya. Kereta menuju Osaka mulai bergerak, berjalan dengan kecepatan yang lumayan cepat, melewati terowongan. Selama di dalam kereta Morida dan yang lainnya hanya diam, tidak melakukan pergerakan yang mencurigakan, sebenarnya Samuel dan teman temannya adalah buronan para polisi karena mereka pernah membuat kerusuhan di kota Hokkaido, Morida juga menjadi salah satu buronan para polisi karena aksi membunuh nya yang sudah ia lakukan seringkali.

Kereta tiba di stasiun Osaka. Kelompok Morida segera turun, mereka berjalan beriringan menuju kota, dengan keadaan seperti itu mereka terlihat sangat biasa untuk mengatasi masalah masalah mereka.

Sampai di tengah kota, salah satu teman Samuel memprediksi dimana dan kapan para grup teroris akan meneror kota itu, dan waktunya..... sekarang.

Bunyi ledakan dua kali terdengar di kota itu, orang orang yang mendengar ledakan itu langsung berhamburan tidak sesuai arah mereka. Dan disinilah... pertempuran dimulai.

-To be continued-

Gimana ceritanya? amberagul amesyu ya? :v /bukan. ummm,,,, lee langsung pamit aja ya.. ;v nantikan the last person standing bagian enam, jaa maata naa~

Senin, 26 Januari 2015

The Last Person Standing Chap. 4

yahooo semua~ lee kembali untuk melanjutkan cerita the last person standing bagian 4! pasti pada mau tau kan, apa yang terjadi sama Morida dan Samuel selanjutnya? nah ayo baca!

The Last Person Standing chap. 4
Samuel masih mencari keberadaan Morida di dalam hutan yang gelap itu. "KRETEK" Samuel mendengar sebuah ranting pohon terinjak oleh seseorang yang menginjak ranting pohon tersebut. Samuel berbalik arah ke belakang, tapi tidak ada orang dibelakangnya.

Lalu Samuel kembali membalikkan badannya... "deg" Samuel sedikit terkejut atas kehadiran sesosok gadis familiar yang muncul secara tiba tiba, ternyata gadis itu adalah Morida. Samuel dan Morida bersitatap untuk beberapa menit, seketika Samuel menarik Morida ke dekatnya, dan kini pun sudah benar benar dekat. Morida mendongak untuk melihat Samuel.

"kenapa?" tanya Morida dengan nada biasa kepada Samuel.

"seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kemana saja kau tadi?" Tanya Samuel dengan nada yang sedikit khawatir. Tentu saja khawatir, karena tadi Morida hilang secara tiba tiba.

"tadi hanya berjalan-jalan.."

"bohong"

"Benar kok!" jawab Morida dengan suara yang sedikit tinggi.

"yasudahlah, ayo kembali ke pinggir sungai lalu ku antar kau pulang..." Ujar Samuel.

"tidak usah di antar" lalu Morida berjalan mendahului Samuel menuju sungai yang mereka datangi tadi, Samuel mengikuti Morida dari belakang.

Tiba di pinggir sungai Morida segera mengambil jaket dan sepatunya, lalu menggunakan kedua benda tersebut lalu mengangkat barang barang yang lainnya. Samuel demikian ia juga mengambil barang barangnya. Setelah itu Morida dan Samuel kembali berjalan ke hutan, bertujuan untuk kebali pulang ke rumah mereka.

-skip-

Mereka tiba di kota, kota dimalam hari memang cukup ramai. Seramai ramainya kota, hanya Samuel dan Morida yang hening, tidak satu pun dari merekayang membuka pembicaraan, Morida hanya melihat lihat sekitar, sementara Samuel hanya menatap lurus ke depan. Tiba tiba Morida berhenti melangkah, disusul Samuel yang juga berhenti, lalu menghadap Morida. "ada apa Morida-san?" tanya Samuel kepada Morida, "um.. boleh aku membunuh mereka?" Tanya morida kembali ke Samuel sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah sekumpulan bocah, "tentu saja tidak, morida-san.." kemudian Samuel menarik tangan Morida, yang ditarik hanya diam, Morida hanya mengikuti Samuel saja.

Morida's P.O.V

Tiba di rumah tua milikku. Aku memasuki rumahku yang sudah tua dan hening itu. Aku meletakkan jaket dan sepatuku di sembarang tempat. Lalu aku berpikir kejadian dua tahun yang lalu, entah kenapa kejadian dua tahun yang lalu terbayang lagi, aku juga sempat berpikir.. bagaimana rupa ibuku? Kata ayahku, ibu meninggal saat melahirkan ku dulu. Padahal aku tidak ingin ini semua terjadi. Aku juga bingung, bagaimana aku bisa mendapakan kekuatan mataku. Aku tersadar dari lamunanku saat aku ingat kata kata ayahku, "Keluarga Sakurai memiliki jurus rahasia yaitu 'Double Slayer of Death' dan hati hati dalam menggunakannya, jika tidak di gunakan dengan salah dan tidak hati hati, kau akan mati.." . Kalimat itu yang aku ingat sampai sekarang, entah mengapa aku ingin mencoba jurus itu dan entah mengapa aku merasakan hal aneh akan terjadi beberapa hari yang akan mendatang.

Normal's P.O.V
Kemudian Morida menutup matanya dikarenakan hari sudah larut, sementara ia harus latihan bersama Samuel dan teman teman Samuel besok, lalu tertidurlah gadis bersurai hitam itu di atas sofa rumahnya.

-To be continued-

saa~ minna.... ceritanya belum greget ya? gomenne :^v lee belum bisa membuat cerita yang bagus dikarenakan otak lee lagi terfokuskan oleh pelajaran :V okidoki, kalau begitu lee pamit ya~! nantikan The Last Person Standing bagian lima! hanya di blog ini :v jaa maata naa~

Sabtu, 24 Januari 2015

The Last Person Standing : Chapter 3

Yosh minna~ apa kabar hari ini? baik kan? kalau kabarnya baik, alhamdulillah dulu dah, baru baca fanfic The Last Person Standing bagian 3 ~! cekitbrottttt~


The Last Person Standing chap. 3

Siang itu, Morida tengah berjalan bersama Samuel menuju tempat Samuel dan teman temannya berlatih dan mengasah kemampuan mereka, kebetulan sekali tujuan hidup mereka berdua sekarang sama, membalas dendam kepada para mafia. Diperjalanan mereka bertemu salah seorang pemuda yang bersuraikan silver, tengah berjalan berlawanan arah dengan Morida dan Samuel, ternyata itu salah satu teman Samuel.

Pemuda silver itu tersenyum ke arah mereka, Samuel juga membalas senyuman pemuda silver itu, Morida melirik ke arah Samuel seraya berkata, "Temanmu?" tanya Morida dengan jari telunjuknya menunjuk ke arah pemuda silver itu, "Iya, dia namanya Louis" jawab Samuel enteng, "Begitu..." respon Morida biasa.

Semakin lama pemuda silver bernama Louis itu semakin mendekat, lalu berhenti di hadapan Morida dan Samuel. "yo Louis, apa yang kau lakukan di sekitar sini?" Tanya Samuel kepada Louis, "yaah, hanya berjalan berjalan," jeda sejenak, kemudian Louis melirik ke arah Morida, "ah, kau Morida Geonardo Sakurai kan? aku Louis, salam kenal.." ucah Louis ramah, "um- ya- salam kenal..." ucap Morida sedikit ketus, dan membuang mukanya sehingga ia tidak dapat melihat dua pemuda yang sedang berbincang.

Samuel hanya tersenyum melihat Morida, kemudian kembali melirik ke arah Louis yang berada di hadapannya, "oh ya Louis, Morida akan bergabung bersama kita" ucap Samuel, "benarkah? syukurlah, kita mendapatkan anggota baru lagi.." balas Louis.

Morida hanya mendengar pembicaraan mereka, pembicaraan kedua pemuda itu hanya berlangsung selama sepuluh menit, namun pandangan Morida terpaku kepada satu titik, dimana mata gelap milik Morida melihat sekumpulan orang orang yang tidak asing baginya, seperti pernah ia lihat, seketika sebuah bayangan di pikirannya muncul, bayangan dimana kejadian dua tahun lalu saat ayahnya mati di tangan para mafia teringat kembali. Kenapa kejadian itu teringat kembali?. Lalu lamunannya terpecahkan saat tubuhnya di guncangkan oleh Samuel.

"Morida-san? Kau baik baik saja?" Tanya Samuel sedikit khawatir.

"ah iya, tidak apa apa..." Morida melihat ke arah mafia berada, namun para mafia itu tidak ada, tempat yang di datangi para mafia pun sudah porak-poranda, apa yang terjadi? Pikir Morida, Louis mengayunkan tangannya ke atas dan ke bawah di hadapan Morida. "Morida-san?" tanya Louis kepada Morida, "kau melihat apa?" sahut Samuel. "Tadi...aku melihat. . . . . . mafia.." Hening sesaat, Samuel dan Louis mengerjapkan mata mereka, dua detik, mereka langsung mencerna jawaban Morida, "MAFIA?!" kejut mereka bersamaan, "dimana mereka?" tanya Samuel, "haaa- mereka sudah pergi. Aku baru menyadari nya.." ujar Morida biasa. Louis menghela nafas "yasudalah, biarkan saja. oya kalian ingin kemana tadi?" Tanya Louis. "sebenarnya sih gak tau, aku hanya mengikuti Samuel..." Jawab Morida. "begitu, yasudah.. jaa~" Louis melambaikan tangannya kepada kedua orang itu lalu berlalu dari hadapan mereka.

Begitu juga dengan Morida dan Samuel, mereka melanjutkan perjalanan mereka, mungkin hari ini mereka belum bisa pergi ke tempat berlatihnya Samuel dan teman temannya. Entah dengan alasan yang tidak pasti, memang gak ada alasan sih.


Kini mereka merubah tujuan mereka, yang awalnya tidak jelas, menjadi jelas, tujuan mereka kini adalah: Hutan. Ya, hutan. Hanya ingin memburu, untuk mengisi waktu luang mereka, lagipula Samuel sudah membawa peralatan untuk berburu, seperti; busur dan anak panah, pistol dan lain lain.

Sampai di hutan, mereka langsung menuju ke arah sungai yang berada tidak jauh dari lokasi mereka sekarang. Setapak demi setapak mereka melangkah, akhirnya mereka sampai di pinggir sungai, Morida melepas jaketnya dan sepatu kets nya kemudian melempar kedua benda itu ke sembarang arah, sementara Samuel bersiap siap dengan panahnya, bahkan dia sudah mengarahkan anak panahnya ke arah sungai, sudah jelas Samuel ingin memanah ikan, tentu saja untuk makan malam mereka di hutan itu, mungkin mengasyikan?

"hm.. samuel, aku akan mencari daging di tengah hutan saja" Ucap Morida kepada Samuel, lalu berlalu dari pinggir sungai.

"baiklah" sahut Samuel.

Hari mulai beranjak malam, namun Morida belum tiba, "Apa Morida-san baik baik saja? Kenapa belum kembali?" Pikir Samuel, sesekali Samuel menengok ke arah hutan yang gelap itu, rasa khawatir menyelimuti diri Samuel, namun Samuel masih menunggu kehadiran Morida, mungkin sebentar lagi Morida datang.

Dua jam berlalu, Morida masih belum muncul, apa yang sebenarnya terjadi kepada Morida? Tanpa berpikir panjang Samuel langsung memasuki hutan yang gelap itu dan segera mencari Morida.

-To be continue-

Saa minna~ ceritanya biasa ya? :' entar deh di The Last Person Standing bagian 4 , Lee bakalan bikin ceritanuya menjadi tegang deh... kalau gak tegang, tegangin ajah ;v oke~ nantikan The Last Person Standing bagian 4 ~! jaa matta na~

Jumat, 23 Januari 2015

FALL

Saa minna... Lee ingin menulis beberapa mungkin puisi mungkin puitis mungkin quotes :v pokoknya di jadiin satu deh~ cekitbrotttt~


Perasaan
Bunga Sakura itu berwarna pink
Bunga itu akan indah apabila di pandang
Mempunyai banyak arti dalam bunga itu
Rasanya seperti jatuh cinta

( Pinku no Sakura )
( utsukushii hanadoki byuu de)
( hana wa sono naka ni ooku no imi o motte  iru )
( Sore ga koi ni ochiru yo ni kanjite iru )

Dunia terasa berwarna
Mengingatkan ku kepada seseorang yang ku sayangi
Orang itu adalah 'dia'
Namun kisah cinta ku tidak seindah bunga sakura

( sekai wa chakushoku shite ita )
( watashi wa aisuruhito ni watashi o omoidasaseru )
( sono hito wa 'kare' dearu )
( Shikashi, watashi no ai no monogatari wa, sakura no yo ni utsukushide wa arimasen )


Kisah yang biasa, menjadi suram
Impian yang diharapkan menjadi hilang
Perasaan itu pun juga pupus
Yang tersisa hanya kenangan

( Futsu no rabusutori, hikan-teki ni narimashita )
( yume ga ushinawa reru koto ga kitai sa rate iru )
 ( kimochi mo kiete shimatta )
(  Sen'yo memo ri o nokoshi )

Kenangan bersama nya, saat ia disisi ku
Kini aku hanya bisa merasakan kesakitan
dan merasakan angin yang berhembus
memejamkan mataku dan merasakan semua itu menjadi satu


 ( Kare wa watashi no soba ni ita kare to no omoide )
( Ima watashi wa itami o kanjiru koto ga dekiru )
 (kaze ga fuite kanjiru )
( watashi no mewotojite, ichi ni sore no subete o kanjiru )



Segitu dulu deh pusisinya, kapan kapan lee pos lagi, bye bye ~:D














The Last Person Standing : chapter 2

Hai~ kembali lagi nih, sama author cakep :v gimana cerita sebelumnya? gantung ya?nah sekarang author akan melanjutkan The Last Person Standing bagian 2, cekitbrottt~

 genre : drama (sedikit), romance.

The Last Person Standing ~

"Aku... Samuel Regalia. Kau Morida kan? Putri dari tuan Geonardo kan?" Tanya pemuda itu yang di ketahui namanya adalah Samuel Regalia.

"iya, darimana kau tau?" Tanya Morida kembali.

"Aku diberi pesan sekaligus tugas. Waktu itu kau masih anak anak, ini.. dia membiri surat ini..." Samuel memberikan sepucuk surat kepada Morida, yang kemudian Morida, membacanya,

"Morida, kalau ayah sudah mati kau pasti akan sendirian kan? Jadi, ayah memberikan pesan sekaligus tugas kepada Samuel untuk menjagamu, ayah yakin Samuel akan bisa membantu semua masalah yang akan kau hadapi. Satu pesan dari ayah untukmu, 'Jika kau menyayangi seseorang, sebaiknya kau lindungi' . Kau mengertikan Morida? Jadi jaga dirimu baik baik ya.."

Setelah membaca isi pesan itu, Morida menatap Samuel tepat dimatanya, hanya sebentar saja, lalu mengembalikan surat itu kepada Samuel dan pergi meninggalkan Samuel tanpa sepata kata pun.

"Morida-san, besok aku tunggu di pinggir sungai, ada yang ingin ku bicarakan denganmu, tapi kalau tidak mau juga tidak apa, tapi. . . aku akan menunggu kedatanganmu.." Ucap Samuel kepada Morida, namun yang di ajak bicara tidak merespon.

Samuel melangkahkan kakinya kembali menuju ke suatu tempat. Sementara Morida kembali pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah tua yang di tempati oleh Morida, Morida langsung merebahkan badannya di atas sofa yang lumayan berdebu, sambil mempertimbangkan soal isi surat ayahnya dan perkataan Samuel.

Morida menarik nafasnya panjang dan akhirnya memutuskan untuk menemui Samuel besok di pinggir sungai.

~ keesokan harinya ~

waktu menunjukkan pukul 10:45

Seperti biasa Morida menggunakan jaket abu abunya dan sepatu kets hitamnya untuk berpergian dari sangkarnya. Berjalan menuju pinggir sungai. Ternyata tempat yang dituju sudah ada Samuel, Morida menghampiri Samuel dengan ekspresi biasa.

"Jadi.. apa yang ingin kau bicarakan, sam?" Tanya Morida sambil berdiri di hadapan Samuel.

"hmm.. darimana aku memulainya ya.... ah ya Morida-san, karena aku di tugasi untuk menjagamu, kau akan latihan bersama ku di tempat aku dan para teman teman ku berlatih, bagaimana?" Jelas dan tanya Samuel kepada Morida.

"hm..." Respon Morida singkat.

Samuel menatap kedua mata Morida dalam diam, demikian dengan Morida, Morida membalas tatapan Samuel. Tanpa berpikir panjang Samuel secara tiba tiba memeluk Morida dengan erat, mata Morida langsung membulat kaget atas apa yang dilakukan Samuel kepada Morida.

"Tenang saja Morida-san. . . . . kau akan ku lindungi dari ancaman bahaya, percayalah... " Ucap Samuel kepada Morida, sementara Morida hanya diam, tidak menjawab perkataan Samuel.

-To be continue-

Gimana nih ceritanya? seru gak? seru lah :3 oh ya author ingin menyampaikan sedikit info dalam mem-post fanfic ini, jadi fanfic ini akan di post setiap hari libur, sehari author akan mem-post 2 fanfic, kadang kadang akan di post di hari selasa, oke? jadi nantikan The Last Person Standing bagian 3~~!
bye bye~


Kamis, 22 Januari 2015

The Last Person Standing

The Last Person Standing : chapter 1

hai semua~ ini fanfic pertama saya, mohon dinikmati ;v jika terjadi typo atau semacamnya, maklumi saja ;3 .

genre : action, drama(maybe), gore.

The last Person Standing

januari, 09 2009.
Hokkaido

Mentari pagi menyapa penduduk kota Hokkaido yang mulai kembali beraktivitas seperti biasa. Bertepatan dengan ulang tahun seorang anak berambut hitam dan berjaket itu. Anak itu dari keluarga Geonardo Sakurai. Dikeranekan hari ini adalah hari special baginya, ayahnya mengajaknya menuju kedai makanan favorit nya. Diperjalanan mereka berbincang bincang tentang apa yang akan mereka lakukan bersama hari ini. Sampai di kedai makanan tersebut, baru saja masuk, beberapa menit kemudian sebuah bentrokan terjadi di kedai tersebut, para Mafia yang ternyata di kenal oleh penduduk Hokkaido lah yang menjadi pelaku atas bentrokan itu.

Para Mafia itu menyerang para pengunjung kedai termasuk anak itu dan ayahnya. Ayahnya yang ternyata memiliki kemampuan, mencoba melindungi anaknya itu, namun ia gagal dalam menyelamatkan anaknya, ayahnya yang diketahui namanya adalah Geonardo Sakurai, mati di tangan mafia-mafia tersebut. Anaknya dengan nama Morida Geonardo Sakurai, tidak terima dan tidak percaya bahwa ayahnya mati secepat itu di hari istimewa nya. Dengan keadaan yang berlutut di samping mayat ayahnya, dengan air mata yang berlinang.

Morida sudah tidak kuat lagi melihat ayahnya seperti itu, ia langsung mengambil pisau tajam, tanpa rasa takut Morida langsung menyerang para mafia itu, namun apa daya, kekuatannya masih lemah di banding kekuatan para mafia itu. Kesabarannya telah habis, dengan rasa dendam dan amarah yang meluap, tanpa di ketahui mata kirinya berubah menjadi merah, pergerakkannya berubah pesat, gerak gerik Morida menjadi cepat, secepat kilat.

 Dalam sekejap mata beberapa mafia jatuh dengan kata lain kalah. Morida sendiri tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya sendiri. Dengan wajah sedihnya ia melihat ayahnya mati dengan bersimpah darah, dengan hati yang mempunyai dendam kepada para mafia yang telah membunuh ayahnya, ia berjanji kepada dirinya,

"tenang saja...aku akan membunuh siapapun yang menggangguku dan mafia yang telah membunuh ayah ku itu..." Ucapnya kepada dirinya.

mulai hari itu, sifat Morida berubah 180 derajat.



~ 2 tahun kemudian~

Morida pindah ke Tokyo, memulai kehidupannya yang baru, hidup tanpa teman, dan menjadi pembunuh bayaran di kota itu, dengan kekuatan barunya yang bernama 'Quickening Eye'.

Kini Morida tinggal sendirian di sebuah rumah tua yang sudah lama tidak terpakai. Kadang kadang Morida pergi keluar dimalam hari, hanya sekedar jalan jalan biasa saja.

Malam itu, Morida sedang berjalan di tengah kota yang cukup ramai, selama ia berjalan tatapannya hanya kosong, ia berjalan tanpa tujuan. Seketika langkah kakinya terhenti, penyebabnya seorang pemuda yang berdiri di hadapannya. Pemuda itu lebih tinggi dari dirinya, menggunakan jaket sepertinya.

"Siapa kau?" tanya Morida kepada pemuda itu.

"Aku...."

-To be continue-


saa~ gimana ceritanya? lumayanlah... walaupun gaje gaje gimanaaaaa gitu :v
yaudah deh, author pamit yaaa~ nantikan The Last Person Standing: chapter 2 ~!
jaa matta na~!