Minggu, 22 Februari 2015

10 Heroes #2


~Keesokan harinya~
.
.
.

“seperti yang dikatan Jonathan, Jin wook ternyata berbahaya, padahal aku sudah berdiri menunggu anak itu disini berjam-jam, tapi tidak datang juga?!” dengus Hyung kesal.


“John, apa dia benar benar memiliki Ability?”


“penglihatan ku begitu”


“biar aku uji kemampuan dia bagaimana?”


“jin wook, lebih baik kau hampiri dia saja..”


“baiklah, tuan, haha”


 Lalu Jin Wook menghampiri Hyung. Ekspresi Hyung benar benar kesal karena sudah dibuat menunggu Jin Wook berjam-jam.


 Obrolan dimulai, yang memulai adalah Jin Wook sendiri. Selang beberapa waktu, Jin wook mengajak Hyung untuk pergi dari tempat itu, otomatis Morida dan Jonathan mengikuti mereka berdua secara diam diam.


~tengah kota~


Di tengah kota terlihat Savia sedang berjalan bersama seorang pria lainnya. Pria itu bertubuh tinggi, tinggi nya sekitar 186 cm, memakai kacamata, dan memiliki rambut hitam.
Pria itu salah satu dari sekelompok Heroes yang bernama Sphinx Groups. Savia dan pria itu melihat Morida dan Jonathan sedang berjalan dibelakang Jin wook dan Hyung.


“ah! Itu kakak!” seru Savia.


“ssstt, kau ini, berisik sekali”


“hehe…”


 Lalu pria yang bersama Savia itu menghampiri Morida dan Jonathan. Diketahui nama pria yang bersama Savia itu adalah Jackson Sallygard.


“apa yang kalian lakukan disini?” Tanya Jackson kepada Morida dan Jonathan.


“kami lagi mengikuti mereka berdua yang di depan..” jawab Jonathan.


“sebaiknya kalian diam..” sahut Morida.


“itu Jin Wook!!” teriak Savia. Serentak saja Morida, Jonathan, dan Jackson membalikkan badan mereka, menghadap ke belakang.


“dasar bodoh, sudah ku bilang untuk diam…” celetuk Morida kepada Savia.


“he..he..he..he” Savia hanya tertawa canggung.


Jin wook melihat kebelakang, ia melihat empat orang itu dan tersenyum, senyumannya bukan senyuman biasa itu hanya senyuman licik.


“ah, sa-ryun hyung, bagaimana kita pergi ke suatu tempat?”


“eh?”


 “oke kalau begitu, ayo”


“t-tapi…”


“hm hm, lebih baik kau ikut aku, tuan Hyung… atau… kau ingin mati?” Senyuman seperti Assassin  kembali muncul di wajah Jin Wook.


“kau! Kau pembunuh!?” Hyung sedikit terkejut dengan perkataan Jin Wook tadi.


“haaa baru tau ya? Hahaha, iya..”


Mungkin Hyung sedikit gemetar tapi ia cukup hebat dalam menusuk orang. Ia mengambil pisau lipat dari saku bajunya, dengan cepat Hyung menusuk perut Jin Wook.


 “lihat itu!” Savia menunjuk ke arah Hyung.
Morida, Jackson, dan Jonathan menengok ke arah yang dimaksud, ekspresi mereka bertiga sama saja, datar.


Jin Wook melihat perutnya yang ditusuk oleh Hyung, apa yang terjadi? Tidak ada darah yang keluar, Hyung sendiri terkejut. Hyung menggerakkan kakinya ke belakang, takut takut, Jin Wook yang berhasil membunuhnya.


“ini giliran ku, Mr. Hyung…” Mengangkat pisau ke udara dan melayangkan pisau itu ke arah Hyung.


Dan yang terjadi adalah…


-To be continued-

Sabtu, 21 Februari 2015

10 Heroes #1




Hey yo semua! masih bersama lee disini, lee akan--- ehem, maksudnya ini dia fanfict kedua milik lee, yang pertama di tundah dulu eaps, dan ini dia 10 Heroes! selamat membaca!


10 Heroes
.
.
.
        
 Di salah satu kota ternama di Korea, yaitu Seoul. Terdapat seorang pemuda di tengah kota itu, sedang berjalan menuju stasiun, yang bertujuan ke kota Kyoto, Jepang.  Pemuda itu diketahui bernama Sa-Ryun, pemuda berumur 20 tahun, sekarang ia tinggal bersama pamannya di Seoul, tetapi karena dia akan pergi ke Kyoto, pamannya akan tinggal sendirian.
          
Sampai di stasiun, Sa-ryun tinggal menunggu kereta bertujuan ke Kyoto. 20 Menit kemudian kereta yang di tunggu telah tiba. Sa-ryun langsung menaiki kereta itu, dan langsung mencari tempat duduk.
         
~beberapa jam kemudian~

Akhirnya Sa-ryun sampai di tujuan, ia turun dari kereta , sedikit bingung dengan tempat asing baginya, apalagi Sa-ryun bertujuan ke Kyoto untuk melanjutkan
ia sekolah universitasnya. Ya, Sa-ryun masih anak dewasa yang belum menyelesaikan studi nya.
           
Sa-ryun berjalan ke kota, dengan kertas yang ia pegang, kertas itu berisikan alamat rumah bibinya. Di tengah jalan, tak sengaja ia menubruk bahu seorang pemuda. Orang yang di tabraknya itu pun hanya meliriknya sekilas.  Sa-ryun melirik orang itu juga, lalu ia membuka pembicaraan, 

“permisi tuan, apa kau tau alamat ini?” Tanya Sa-ryun sembari menyodorkan alamat bibinya itu.
             
Pemuda yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, lalu meninggalkan Sa-ryun. Pemuda yang aneh. Pikir Sa-ryun, lalu ia kembali berjalan.
            
 15 menit, ia kembali bertemu dengan seseorang yang ia tabrak, kali ini seorang gadis kecil, yang berpenampilan seperti… kucing?

“ah.. maaf” ucap Sa-ryun


“oh? Tidak apa apa!” balas gadis itu.


“apa kau tau alamat ini? Bisa kau tunjukkan jalannya?” Tanya Sa-ryun. Gadis itu melihat alamat pada kertas itu, lalu mengangguk. 


“iya, aku tau alamat ini, ikuti aku!” lalu gadis kecil itu berjalan mendahului Sa-ryun, Sa-ryun mengikuti gadis itu.


~beberapa menit kemudian~


“itu dia rumahnya!” Gadis itu menunjuk kea rah rumah bibi Sa-ryun.

“ah, terimakasih. Ngomong ngomong namamu siapa?” Tanya Sa-ryun.

“nama?”

“iya.. namamu?”

“kata kakak, tidak boleh memberitahu namaku kepada orang asing,… aku pergi dulu, sampai jumpa, kak!” lalu gadis itu berlari kembali ke kota.

“eh?    ”Sa-ryun sedikit bingung. Gadis itu aneh..


“siapa yang kau bilang aneh?” secara tiba tiba suara seorang pemuda terdengar di belakangnya, ia langsung menengok ke belakang, dan di dapati nya seorang pemuda.


“haa,, kau membuat ku terkejut tuan.” Sa-ryun


“apa kau bertemu dengan anak ini?” Pria itu menunjukkan sebuah foto, di foto tersebut ternyata gadis yang dimaksud adalah, gadis yang mengantarnya barusan.


 “ah iya, tadi gadis itu mengantar ku kesini.” Hening sesaat, lalu pria ber-jas itu berkata,


“mohon ikut saya..”


“eh? Kemana?”


“ikut saja” Lalu pria itu berjalan diikuti Sa-ryun di belakangnya.

                
Tak lama kemudian mereka sampai disuatu tempat yang cukup sepi, hanya ada dua orang sebenarnya di tempat itu, seorang laki laki dan perempuan bersuraikan panjang itu. Sa-ryun mulai bingung dengan keadaan tempat itu, hening memang, tidak ada yang membuka pembicaraan yang tadi.
                

 Wajah Sa-ryun berubah sedikit terkejut, saat melihat gadis kecil yang bersamanya tadi berada disini. “ah! Kakak yang tadi!” seru gadis itu. “ah.. ha-hai… ummm apa yang terjadi disini? Oh maaf, aku tidak menyukai suasana yang canggung ini.. hehe” tawa Sa-ryun sedikit canggung.
 

“kalau begitu salah kami,” balas pemuda ber-jas itu.


“aku Jonathan David, aku berasal dari Amerika. Dia Lee Jin Wook, dia berasal dari korea, dia Morida Geonardo Sakurai, berasal dari jepang, dan itu adiknya Morida, Savia Geonardo Sakurai…” jelas Jonathan.


“ah, salam kenal. Aku sa-ryun.. berasal dari korea” Sa-ryun memperkenalkan dirinya, lalu membungkuk sopan sesaat.


“jadi, aku kesini hanya untuk di perkenalkan kepada kalian ya? Wah, senangnya, padahal aku orang baru disini, sedikit aneh, ya? Haha” 


Gadis yang bernama Morida itu hanya menatap sinis Sa-ryun Hyung, Hyung sedikit canggung saat gadis itu menatapnya seperti itu. 


“Aku tidak suka orang baru,  jonathan, sebaiknya kau suruh saja orang itu pulang..” ucap Morida datar, lalu ia berjalan meninggalkan mereka semua.


 “kak! Aku ikut!” lalu Savia mengikuti Morida dari belakang.  


Menunggu sampai Morida menjauh dari tempat itu, Jin Wook lalu menerjang Hyung secara tiba tiba 


“hey yo, Hyung! Aku suka orang baru! Kau juga berasal dari korea, sama seperti ku, jadi kita bisa berteman. Kalau begitu, besok kau harus datang kemari lagi, aku ada kejutan untuk orang baru seperti mu, sampai jumpa~” lalu Jin wook pergi meninggalkan Jonathan bersama Hyung. 


“Berhati-hatilah, tuan..” ucap Jonathan. 


“apa?” 


“Morida itu pembunuh, savia pelindung, sementara jin wook, kau harus berhati hati dengannya, dia adalah Secret Assassin ..” ucap jonathan dengan nada yang sinis.  


“a-apa? Apa maksud-“ belum menyelesaikan kata katanya, Jonathan sudah menghilang. Siapa mereka tadi? 


Ahsudahlah, sebaiknya aku kerumah bibi saja… tapi… aku sekarang sedang dimana? ARRGGHHH! KENAPA AKU KENA SIAL TERUS SIH!” teriak Hyung. Lalu ia mencoba mencari jalan menuju rumah bibinya lagi.

-To be continued- 

Jumat, 20 Februari 2015

The Last Person Standing Chap. 9

hola minna~ apa kabar nih?? ingin tau apa yang terjadi sama Morida dan Samuel? yosh, kita langsung ke cerita~


The Last Person Standing Chap. 9

.
.
.
 "Dasar bodoh.. kenapa menghilang tiba tiba.. apa dia tidak memikirkan orang yang khawatir padanya? huh.." mendengus kesal. Ia berjalan dengan perban yang terlilit di lengannya. Morida berjalan masih dengan baju pasiennya. Mungkin orang orang yang melihatnya akan berpikiran bahwa Morida kabur dari rumah sakit.

Saat Morida berjalan melewati sebuah gang kecil, sebuah pukulan yang cukup dasyat dari arah gang tersebut mendarat di wajah Morida, pukulan itu membuat Morida terhempas beberapa meter dari tempat ia berdiri. Tidak tahu siapa yang memukul nya barusan orang itu langsung hilang seketika, Morida kembali berdiri dan menghapus darah yang keluar dari sudut bibir dengan lengannya.

Morida kembali berjalan, mencari Samuel. Selang berapa waktu ia bertemu dengan orang yang dia cari di tengah kota. Bersisitatap beberapa saat, Samuel membuka pembicaraan, "kau sudah siuman? syukurlah.." Jelas saja senyuman biasa terukir di wajah pemuda ini. "ya begitulah.." jawab Morida singkat, "kemana saja kau? louis mencarimu tau" lanjut Morida. "ha..ha..ha.. tidak kemana - kemana...." tertawa sedikit garing.

.
.
.
"Ini dia.." Samuel memberikan secangkir kopi kepada Morida, lalu duduk di samping gadis itu.

"hm.." Morida menerima kopi yang diberikan oleh Samuel, lalu mendongak menatap langit.

"ohya, darimana luka di wajahmu kau dapatkan?" Tanya Samuel.

"tadi ada yang memukul ku dengan keras, tapi entahlah siapa yang memukulku..." jelas Morida. Seketika Samuel baru sadar bahwa Morida menggunakan baju pasien dari rumah sakit.

"kau ..... kabur dari rumah sakit, mor?" Tanya Samuel dengan nada datar.

"iya"

"kenapa kau lakukan?"

"hanya mencari mu saja"

"berarti ini salah ku ya"

Hening seketika. Dua jam berlalu, Morida berdiri dari tempatnya, "aku pergi dulu, jaa" lalu melompat turun secara bebas dari atas gedung, saat mendarat di tanah, ia berjalan santai menuju rumahnya. "dasar anak itu" celetuk Samuel dari atas gedung itu, lalu pergi seperti orang Parkour. 
 .
.
.
.
.
Morida berjalan dipinggir jalan, tiba tiba saja sebuah pukulan keras dari arah belakang kembali mendarat di tubuhnya, ia terpental beberapa meter dari ia berdiri tadi, lalu kembali berdiri dan melihat ke arah orang yang memukulnya tadi.

"Siapa kau?" tanya Morida dengan nada yang sinis.

"apa kau lupa? Aku lah yang membunuh ayah mu dulu.." Orang itu tersenyum licik kepada Morida.

"a-apa?"

-To be continued-

Rabu, 11 Februari 2015

The Last Person Standing Chap. 8

hai hai~ udah pada nunggu ya kelanjutan ceritanya? bener gak sih Morida mati? oke~ ini dia The Last Person Standing Chap. 8~

The Last Person Standing Chap. 8

.
.
.
"Morida tidak mungkin mati kan?!" tegas Samuel.

"Sam, tenanglah.. Morida tidak-" Belum sempat Louis menyelesaikan kata katanya Samuel memotong omongan Louis.


"jangan membuatku tenang louis.. itu tidak akan bisa.." Jelas Samuel.

Louis terdiam, tidak membalas kata kata samuel barusan, dan hanya memandangi Morida yang terbaring dengan keadaan tidak bernyawa. Samuel segera meninggalkan ruangan Morida.

"Sebaiknya aku menghubungi yang lainnya.."

Lalu Louis juga meninggalkan ruangan Morida dan berdiri di depan pintu kamar Morida, kemudian menghubungi teman temannya, memberitahu kepada mereka bahwa Morida baru saja mati.

~15 menit kemudian~

teman teman Louis datang ke rumah sakit tersebut, mereka terus menerus menanyakan kepada Louis apakah Morida benar benar mati. Di saat itu juga Samuel belum juga muncul, entah kemana dia. Perawat keluar dari ruangan Morida, ekspresi perawat itu sekarang benar benar terlihat.... ketakutan. Mungkin perawat itu seperti tidak percaya dengan sesuatu.

Sang perawat membuka pembicaraan, memberitahu kepada Louis dan yang lainnya bahwa detak jantung Morida kembali berdetak, semua tidak percaya, perawat langsung meninggalkan Louis dan yang lainnya, saat Louis masuk ke ruangan Morida, ternyata benar jantung Morida kembali berdetak. Disitulah Morida dianggap mati-suri.

~keesokan harinya~

Keesokan harinya, Samuel masih belum diketahui keberadaan nya, sementara Morida sudah siuman dengan kata lain dia sudah berhasil melewati masa komanya.

Louis masuk ke ruangan Morida terlihat di tangan Louis dia membawa makanan untuk Morida. Morida hanya menggerakkan bola mata hitam nya ke sudut matanya, melihat Louis yang membawa makanan untuknya, ia mengubah posisi tidurnya ke posisi duduk.

"Samuel dimana?" tanya Morida pada Louis.

"hm.. aku juga tidak tahu..." jawab Louis pelan
, "ohya, kau makan ya.." lanjutnya, lalu meletakkan piring berisikan makanan di atas meja sebelah ranjang Morida.

Morida hanya menganggukkan kepalanya sekali, dan melihat keluar jendela kamarnya itu.

"kira kira Samuel kemana?" Tanyanya kepada Louis.

"Tidak tahu. Dia menghilang saat kau dinyatakan meninggal.." Jawab Louis.

"Begitu.."

Lalu sesuasana menjadi hening, tidak ada yang membuka pembicaraan. Lalu Louis menghampiri Morida, "hm.. kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa" Ucap Louis, lalu meninggalkan Morida sendiri di kamarnya. "kalau begitu.. dua hari lagi aku akan mencari samuel saja.." batin Morida.
.
.
.
Hari beranjak malam, makanan yang dibawa Louis untuk Morida sudah habis, kamar Morida begitu hening, karena orang yang menepati kamarnya sendiri juga sedang tidur, yang terdengar hanya detakkan jarum jam di dinding.

Seketika sebuah bisikkan terhembus di telinga Morida, terlihat saja orang yang membisikkan itu memakai baju serba hitam, orang itu hilang sesaat setelah membisikkan, "aku akan memberimu kekuatan" Bisikkan yang terbilang sangat halus seperti angin yang berhembus itu membuat morida terbangun dari tidurnya, keringat dingin mengalir di pipinya, matanya terbuka dan ia melihat se-kamarnya, tidak ada siapapun.

"sebaiknya ku cari saja besok.." gumamnya, lalu kembali menutup matanya.

~keesokan harinya~

Louis datang ke kamar Morida, kali ini Louis bersama temannya yang lain, saat memasuki kamar Morida, mata Louis dan temannya itu terbelalak, Morida tidak ada di kamarnya, kamarnya juga sudah berantakkan. Terlihat saja jendela kamarnya terbuka,

"apa dia... kabur?"

-To be continue-