Minggu, 29 Maret 2015

Love in Hokkaido : First Love #1

hai hai~ apa kabar kalian? baik kan? lee ingin ngasih satu fanfict ber-genre drama & romance, tenang bukan harem ;v tapi ini baru pertama kali nya lee buat ff romance, jadi maapin ajah kalo romancenya jelek :') . trus ada beberapa informasi untuk ff yang satu ini , Love In Hokkaido akan ada lima bagian, first love, love like snow, love triangle, last love, memories of love. Nah, di setiap bagiannya, tokoh tokohnya beda beda, mungkin ada yang sama. ff nya juga akan di post setiap jum'at, sabtu, minggu.

oke langsung ke cerita~


Love In Hokkaido : First love 

Aku terbangun dari tidur malam ku, mimpi yang indah...  pikir ku, entah apa yang ku pikirkan di pagi hari ini, lalu seseorang berteriak pada ku dari luar, "Miyazaki! cepat bangun ! nanti kau akan terlambat" ia adalah ibu ku. Uh, kenapa setiap pagi aku harus dibangunkan dengan cara seperti ini? Memang sangat sulit untuk menjadi seorang pelajar tingkat SMA, huft.. apalagi dengan tugas tugas yang menumpuk. 

Aku segera beranjak dari kasur ku, mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi untuk memandikan seluruh badan ku.

Beberapa menit kemudian aku keluar dari kamar ku dengan baju sekolah ku yang sudah melekat di tubuhku. Aku menuju ke ruang makan untuk menemui ibu dan adik laki laki ku, ayah ku sedang bekerja di Sapporo untuk waktu yang cukup lama. Adik laki laki ku bernama Hatori Harada, iya menduduki kelas tiga tingkat SMP. Biasanya ia selalu berangkat bersama ku. 

Setelah sarapan  bersama ibu dan adik ku, aku dan Hatori segera berangkat, "ibu, kami berangkat dulu" setelah berpamitan, aku dan adik ku segera pergi menuju halte bis, karena bis yang biasa kita naiki bertujuan ke arah sekolah ku dan sekolah Hatori, sekolah kami berhadapan jadi kami bisa pulang bersama.

Setibanya di depan sekolah Hatori aku segera menyebrang untuk memasuki sekolahku yang bersebrangan dengan sekolah Hatori.

.
.
.
Aku memasuki kelas ku, terlihat saja kelas ku sudah ramai oleh teman teman ku, aku segera berjalan menuju tempat duduk ku, itu berada di paling belakang, lalu salah satu teman ku menghampiri ku, "selamat pagi Miyazaki!" ia menyapa ku dengan ekspresi senangnya. "ah, selamat pagi yui.." aku membalas sapaannya. 

"hei hei, apa kau tau ? kita akan kedatangan murid baru! katanya ia laki laki dan ia berasal dari luar negeri!" 

"eh? benarkah?" 

"iya!"

*KRING*

Bel sekolah bunyi menandakan semua murid harus masuk ke kelas masing masing. Aku yang berada di kelas 3-3 semua teman teman ku dan aku sudah berada di kelas dengan terduduk rapih di meja masing masing. Sementara wali kelas ku sudah memasuki kelas diikuti seorang anak laki laki dengan postur badan yang tinggi, ia berkacamata, apa dia murid barunya? pikir ku, aku selalu memperhatikan wajah pria itu. 

"ini murid baru kita, ia bernama Jonathan David" 

"salam kenal.." pria itu berkata, teman teman ku mulai berbisik. Wali kelas ku menunjuk ke arah bangku kosong yang berada di sebelah ku. "David-san, kau bisa duduk di sebelah Harada-san..." saat mendengar kata kata guru ku itu, aku sedikit terkejut, lalu pria itu berjalan menuju bangku yang berada di sebelah ku, aku menundukkan kepalaku sedikit, 'apa dia akan sebangku dengan ku?' pikir ku. lalu pria itu duduk di samping ku. Selama perjalanan berlangsung pria bernama David disebelah ku itu tidak berbicara sama sekali.
.
.
.
*KRING* 

bel istirahat berbunyi, aku segera mengeluarkan bekal ku yang diberi ibu ku. Aku melirik ke pria yang berada di samping ku. Aku mencoba untuk melakukan interaksi dengan pria disamping ku, dan aku mulai berbicara.

"a-ano... apa kau tidak ingin makan?" tanya ku lumayan gugup. Tapi yang ditanya hanya diam. Aku kembali bertanya, "etto... kau berasal dari mana?" tanya ku yang masih gugup, kali ini dia melirikan matanya ke arah ku, tatapannya lumayan dingin, wajah ku lumayan panas tanpa sebab. 

" aku sibuk membaca buku, jadi jangan ganggu..." ia berkata demikian kemudian kembali membaca buku yang ia baca. 

'd-dia berbicara pada ku?' "ah.. kalau begitu maaf mengganggu mu.." Aku berdiri dari tempat ku, bermaksud ingin makan di meja teman ku supaya kita bisa makan bersama, tapi saat aku melangkah kan kaki ku, kaki ku malah tersandung, aku hampir terjatuh, tapi sebuah tangan menahan ku supaya aku tidak jatuh, "hati hati.." 

Wajah ku memerah padam saat ku ketahui yang memegang tangan ku itu adalah David. "Apa kau tidak apa?" Tanya pria itu kepada ku, "i-iya..." jawabku terbatah. Aku tidak tau perasaan ku yang ku rasakan saat  aku melihat pria di hadapan ku, 'apa ini.... First Love ku?' 

-To Be continued-

Jumat, 27 Maret 2015

The Last Person Standing Chapter 10. #The Last Standing!

yowww minna~ lama ga nge post, karena ide udah hangus jadi lee memutuskan untuk mengakhiri TLPS.
jadi  ini akhir dari cerita ;D oke oke jangan nangis di bagian akhirnya ya ~~ ketawa aja :v

The Last Person Standing : The Last Standing !

Cuplikan chapter sebelumnya :

Morida berjalan dipinggir jalan, tiba tiba saja sebuah pukulan keras dari arah belakang kembali mendarat di tubuhnya, ia terpental beberapa meter dari ia berdiri tadi, lalu kembali berdiri dan melihat ke arah orang yang memukulnya tadi.

"Siapa kau?" tanya Morida dengan nada yang sinis.

"apa kau lupa? Aku lah yang membunuh ayah mu dulu.." Orang itu tersenyum licik kepada Morida.

"a-apa?"


.
.
.
.
"ah.. jadi ... kau keluar juga rupanya.." Morida memberikan seulas senyuman tipis disana, sementara angin berhembus, menerpa wajah Morida kemudian membuat helaian rambut Morida terhembus.

"sudah lama ya tidak melihat wajah panik mu itu.. " Orang itu terkekeh.

Mata Morida memincing tajam ke arah orang itu dan mata kirinya berubah menjadi merah, "saa- it's time to revenge..." Ucapnya, yang kemudian mengambil pedangnya dari sarung pedangnya yang ia sandang di belakang punggungnya.

Seketika sebuah serangan dengan cepat mengenai Morida sehingga ia terhempas beberapa meter dari tempatnya berdiri.  Tidak ada yang berdarah atau terluka di tubuhnya, tiba tiba saja dua orang pria datang berdiri di belakang Morida, "saa.. kalau ingin bertarung jangan sendirian... " ucap seorang pria yang nampaknya tidak asing bagi Morida, mereka adalah Samuel dan Louis.

"ah... kalian.. kalau begitu aku terselamatkan, ya?" ujar Morida kepada kedua pria itu, kemudian ia berdiri.
Dan yang akhirnya melawan orang itu adalah mereka bertiga ( Morida, Samuel, Louis ). "ah rasanya tidak adil ya, tiga lawan satu, tapi... tidak apa lah, yang ku lawan ini kan anak anak.." Ucap orang itu dengan nada yang meremehkan. "anak anak katanya? awas saja kalau dia berhasil kita bunuh..." ucap Louis.

1...
2...
3...

tepat di hitungan ke tiga, Morida dengan cepat menyerang orang itu namun entah kenapa serangannya gagal. Kemudian yang menyerang selanjutnya adalah Samuel dengan sambaran petirnya yang ternyata juga tidak berhasil, karena orang itu berhasil menghindar, orang itu membalas serangan Samuel dengan satu pukulan di wajah Samuel, sehingga samuel terhempas beberapa puluh meter dari tempatnya berdiri tadi.

Louis yang melihat temannya di pukul seperti itu, ia langsung menghajar orang itu, pukulan Louis lumayan kuat. namun ia gagal, ia berhasil dibunuh oleh orang itu. Samuel terbelalak melihat temannya dibunuh dengan cara yang seperti itu, sadis terlihat sadis di mata gelap milik Samuel. Langsung saja Samuel menyerang dengan tangannya yang sudah di selimuti api membara yang siap membakar lawannya.

Orang itu berhasil membunuh Samuel, kali ini ia membunuh Samuel menggunakan Gergaji Mesin, "SAMUEL!" Morida mengambil seribu langkah untuk mendekat ke arah Samuel, namun ia dihalangi oleh mafia itu, Morida langsung saja memukul mafia itu sekuat tenaga, " Mega Punch!" Mafia itu langsung terhempas sehingga menghantam gedung, tidak sampai disitu, Morida langsung bergerak dengan cepat ia mengeluarkan kedua pedangnya, tiba tiba ia sudah berada di belakang orang itu, "Double Slayer of Death!" seketika orang itu langsung mati.

Pertarungan selesai sampai disana Morida berjalan mendekati mayat Louis dan Samuel, lalu menunduk melihat Samuel dan Louis terbaring tidak bernyawa dihadapannya. Hari itu juga hujan turun, membasahi tubuh Morida yang berdiri di dekat kedua mayat itu. "saa... berakhir ya..."

.
.
.
.
~ Dua tahun kemudian ~

Sejak hari itu aku memutuskan untuk kembali ke kota asal ku, Hokkaido. Aku hanya berbikir, kenapa hanya aku yang tidak terbunuh di hari itu. Tapi.. mungkinkah mereka sedang melihat ku yang sekarang? Kini pun juga aku hanya menyamar menjadi siswa biasa di universitas Hokkaido yang kemudian bekerja menjadi fotografer di kota itu sekaligus menjadi seketariat di sebuah perusahaan. Dan aku kembali memulai hidup ku yang baru dengan harapan, tidak ada lagi orang yang ku sayang mati lagi dihadapanku.

The Last Person Standing 
End